Cari Blog Ini

Rabu, 20 Februari 2013

Fenomena Seks Remaja Indonesia

Fenomena remaja terjerumus dalam hubungan seksual di luar nikah menjadi masalah serius karena menyangkut masa depan di anak itu sendiri.

Yang mencengangkan adalah dari pengakuan pelaku mereka melakukan making love (ML) umumnya di rumah sendiri, ketika kondisi sedang sepi. Para orangtua, sepertinya harus waspada dengan modus seperti ini. Tidak mudah dan percaya begitu saja meninggalkan anak di rumah sendirian tanpa ada pengawasan.

Lihat saja pengakuan Bunga (bukan nama sebenarnya), setiap melakukan ML selalu di rumahnya. “Di rumah aku. Sepi nnggak ada orang. Takut enggak takut sih kalau di rumah,” ujarnya saat berbincang di sebuah restoran.

Bahkan pernah melakukan hubungan sebadan padahal ada ibunya di rumah. “Mama ada di rumah pas aku begituan making love (ML). Karena, mama percaya banget aku enggak akan macem-macem makanya boleh pacaran di rumah,” ucap Bunga. Kok sempet sempetnya ML? “Waktu itu mama di kamar atas dan aku ML di ruang tamu bawah,” ujarnya enteng.

Saat didesak apa benar hanya berhubungan intim di rumah tidak di tempat lain seperti hotel, Bunga mengatakan, “Iya”.

“Aku nggak pernah check in (hotel), tapi di rumah. Rata-rata temen aku ML juga di rumah. Aku juga selalu di rumah,” terang Bunga.

Alasannya? “Kalau di rumah merasa aman, karena tahulah siapa yang akan lewat. Kalau aku ML di ruang tamu karena ruang tamu aku terpisah jadi enggak ketahuan,” paparnya.

Imbuh Bunga, “Hampir setiap dia ke rumah aku, pasti kita ML. Dia ke rumah aku sepekan tiga kalilah dan pasti itu di rumah aku ML-nya,” terang anak berpostur sedikit gemuk ini yang sudah lebih dari 10 kali pacaran.

Lebih lanjut dia menceritakan keadaan orangtuanya yang cukup memberikan perhatian kepadanya. “Mama itu perhatian banget, cuma kan dua-duanya harus kerja dan pulang baru pukul 21.00 WIB. Aku juga sudah dibilangin supaya enggak begitu-begitu tapi aku udah kemakan omongan pacar aku yang dulu itu dan aku luluh. Aku juga mau sendiri. Aku malah juga sering minta ML karena aku ketagihan kali ya,” cetus Bunga terus terang.

Menurut dia, ibunya sudah perhatian tapi tidak cukup waktu untuk mengawasi hubungan dengan pacarnya dan teman-teman lainnya.

“Mama selalu menasehati agar jangan macam-macam. Batasannya sampai pegangan tangan doang, tapi aku malah kejauhan banget sampai ML. Kalau mamah tahu digampar kali. Papah aku enggak terbuka. Tidak ada yang kurang dari keluarga aku. Tapi akunya saja yang selalu mencari kesempatan,” cerita Bunga sedikit nakal.
Kalau hamil? “Takut sih, cuma aku sering ngelakuin enggak pernah di dalam kok, dan aku mikir selama enggak dikeluarin di dalam ya nggak apa-apa. Aku sudah 30-an lebih ML. Aku pernah telat haid dua pekan dan itu aku sudah nangis-nangis. Aku sudah takut, tapi akhirnya enggak hamil dan ML berlanjut lagi,” aku Bunga.

Sambung dia, “Kalau memang hamil aku akan minta pertanggungjawaban, minta duit buat aborsi. Setengah-setengahlah duitnya buat aborsi. Pertanggungjawabannya bukan nyuruh kawinin aku, itu enggak. Duit buat aborsi saja.”

Menurut Bunga, aborsi menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah hamil secara cepat. “Pokoknya kalau aku hamil harus aborsi. Nggak mungkin berani dilanjutin dan bilang mamah. Itu sudah terpikirkan (aborsi) kalau memang terjadi. Teman-teman juga sama dan bahkan kita lagi mencari tempat aborsinya,” ungkap Bunga.

Salah satu faktor yang menyebabkan remaja terjebak pada praktik hubungan seks di luar nikah adalah rasa penasaran, ingin tahu dan merasakan bagaimana petualangan cinta.

Meski harus kehilangan virginitas, pelaku mengaku tidak menyesal. Mereka juga tidak takut hamil lantaran bisa digugurkan atau aborsi. Bagi wanita dari kalangan tertentu, memang keperawanan menjadi simbol kesucian. Hanya untuk suami sah dalam ikatan sakral pernihakan virginitas diserahkan.

Namun realitanya dalam kehidupan perkotaan dan mungkin kini sudah merambah ke pedesaan, nilai kegadisan bukan menjadi sesuatu yang harus dijaga dan dipertahankan sebagai simbol kehormatan dan kesucian. Apalagi kini sudah ada permak selaput dara menjadi tumpuan untuk mengembalikan simbol kesucian palsu tersebut.
“Aku enggak menyesal kehilangan virginitas. Semenjak aku mendengar ada operasi selaput dara Rp1 juta aku enggak menyesal lagi,” ungkap Bunga, pelajar SMP di Jakarta saat bercerita.

Lebih lanjut dia menuturkan informasi tersebut didapat dari media massa. “Ceritanya aku lagi nonton televisi sama dua orang teman aku dan ada berita tentang operasi selaput dara. Kita berpikir, oh baguslah kalau begitu,” ungkap Bunga yang mengaku lebih dari 30 kali melakukan ML.

Menurut Bunga, tidak hanya dirinya yang kerap melakukan ML, namun teman-temannya di sekolah juga melakukan hal yang sama.

“Mereka juga sering melakukan itu. Sebenarnya udah biasa yang seperti itu (ML). Di sekolah itu ada geng. Geng itu sudah empat tahun bediri. Dari anggota geng itu aku tahu yang sudah pernah ML ada 8 orang dari 20 orangan. Di luar geng itu juga banyak kok yang sudah ML,” ungkapnya.

Terkait hubungan seks, dia mengaku bukan hal yang tabu. “Aku gak menganggap tabu, sudah biasa. Bohong kalau bilang nggak pernah. Yang kelas 3 ya pastilah ada yang sudah, tapi nggak hampir semua sih,” jelasnya.

Bahkan Bunga menceritakan pengalaman menyaksikan temannya melakukan adegan layaknya suami istri. “Banyak kok temen aku yg sudah pernah ML. Waktu itu aku sama temen aku ke rumah pacar temen aku dan dia ML di belakang aku. Dan aku disuruh jagain pintu,” tuturnya yang bisa membedakan dari muka mana yang sudah pernah dan belum ML. “Yang mukanya rada-rada bandel dan genit pasti sudah pernah ML,” ujarnya memberi sedikit petunjuk.

Kendati demikian, mereka yang menjual diri di sekolahnya tidak ada. “Tapi kalau dibooking itu ada di sekolah aku tapi enggak untuk ML, untuk dicolek-colek grepe-grepe (diraba-raba) doang dan itu tidak dibayar tapi kemauan sendiri,” kata Bunga.

Biasanya, sambung dia, yang berani membooking anak yang jago tawuran dan pasti diberi. “Karena kalau ada masalah biar dibela sama jagoan tawuran. Mintanya memang enggak terang-terangan ngajakin ML tapi kalau  ngajak jalan atau nonton, itu isyarat pasti minta ML,” cerita Bunga penuh pengalaman.

Menurut Bunga, pihak sekolah sebenarnya tahu mana murid yang sudah pernah melakukan ML. “Di sekolah kalau pacaran enggak terang-terangan boleh, paling cuma diliatin doang dan ditegur sama gurunya kalau ketahuan pacaran. Tapi kalau pacaran di kelas itu baru dipanggil. Guru yang genit juga banyak kok,” jelasnya.

Tempat tongkrongan di mana? “Kalau nongkrong di PIM, Kemang, Bintaro, atau di rumah salah satu teman. Biasanya yang berani ML itu orang-orang yang berada. Biasanya mereka itu kelas 2 yang udah pernah melakukan,” ungkapnya.

Kok bisa tahu? “Saya tahu banyak yang sudah ML dari temen-temen saya karena di tempat latihan cheer (cheerleader). Kalau sedang istirahat, ada yang tanya sudah pernah ngapain aja sama pacaranya, makanya cerita deh kalau sudah pernah pada ML,” ujar Bunga seraya merujuk temannya di sejumlah sekolah lainnya yang juga memiliki pengalaman seks sama akibat terlalu sangat sayang pada pacar dan kondisi rumah yang kosong.


Bunga dan juga mungkin sejumlah remaja lainnya yang pernah melakukan making love (ML) terjebak dengan anggapan keperawanan bisa dikembalikan seperti semula. Ternyata anggapan itu salah, perawan tidak bisa ada dua kali bagi wanita.

Setidaknya itulah yang dikatakan praktisi kesehatan dari Poliklinik RS Fatmawati dr Nugroho Setiawan kepada okezone beberapa waktu lalu. Dokter Nugroho mengatakan operasi selaput dara adalah persepsi masyarakat yang salah kaprah.

“Mereka menganggap kegadisan itu cuma dilihat dari selaput dara. Sebetulnya definisi perawan adalah wanita yang vaginanya belum kemasukan penis. Itu definisnya perlu disebarluaskan, karena orang berpikir perawan itu harus ada pecahnya selaput dara,” jelasnya.

Konsultan seksualitas  ini mengatakan, pengalaman dirinya yang berkecimpung di bidang kebidanan sering menemukan pasien yang mau melahirkan, hymen-nya itu masih utuh. “Berarti itu perawan yang mau melahirkan donk, kalau definisi perawan hanya dari hymen berarti itukan salah,” tandasnya.

Sehingga definisi perawan itu bukan hymen, karena hymen itu bisa tidak pecah didalam melakukan hubungan seksual, bisa saja pecah saat dia tidak melakukan hubungan seks. “Kalau orang berpersepsi itukan salah. Jadi sekarang harus diartikan perawan itu wanita yang vaginanya belum pernah kemasukan penis,” tandasnya lagi.

Sambung Nugrogo berseloroh, “Kalau setiap hari kemasukan terong, bagaimana kalau masturbasi. Itu tetap perawan karena terong bukan penis kan.”

Dengan demikian, indikatornya perawan itu bukan selaput dara. Makanya keperawanan itu tidak bisa diperiksa. “Perawan itu kan cuma pengakuan, perjaka juga cuma pengakuan mana bisa diperiksa,” imbuhnya.
 
Kalau remaja berpikir bisa operasi selaput dara bagaimana? “Itu karena mereka berpikir perawan itu adalah selaput dara, sehingga pengertian salah itu harus disingkirkan,” tukas Nugroho.

Menurutnya, operasi selaput dara itu karena mereka masih bermitos, beranggapan bahwa hymen itu perawan, sehingga banyak PSK yang melakukan operasi selaput dara. “Zaman dulu saya ingat banyak PSK yang mengantre untuk operasi selaput dara, karena persepsi masyarakat masih salah dan mitos itu salah,” ujarnya.

Operasi selaput dara itu tidak ada efeknya, itu hanya penyesatan, tidak ada relevansinya. Operasi selaput dara hanya untuk pengakuan. “Pesan saya remaja harus dibekali atau mendapatkan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sejelas-jelasnya termasuk orang tua remaja itu.”

Sebab, kata Nugroho, orangtua remaja itu tidak punya bekal yang cukup sehingga mereka tidak mengedukasi ke anak-anaknya. Akibatnya, anak-anaknya mencari informasi ke teman-temannya yang padahal memberikan informasi menyesatkan.

“Satu pesan juga pada sekolah, karena remaja itu 95 persen kan formal ada di sekolah semua, dari SD, SMP, SMA. Karena yang disebut remaja kan 10-19 tahun sehingga dari SD sampai SMA, mestinya ada satu pendidikan masalah kesehatan remaja yang disampaikan ke anak didik dan ke orangtua murid,” saran dokter Nugroho.

Dia menambahkan, fenomena remaja ML itu karena remaja tidak mengerti risiko dan masalahnya. Kalau tahu risikonya pasti berpikir. Sikap remaja berbuat itu karena berdasar pengetahuan yang diterimanya.
 
“Pendidikan seks di sekolah itu sangat perlu, termasuk yang diberikan bukan hanya remaja tapi orangtua remaja itu juga, sehingga orang tua bisa mengingatkan anak-anaknya,” ujar Nugroho yang melihat remaja melakukan seks di luar nikah ada unsur suka sama suka dan coba-coba.

1 komentar: